Berita

3 Mei 2025

Penulis : Folber Siallagan

Inilah Waktu Terbaik untuk Mancing di Laut

Bagi para penghobi pemancing yang sudah cukup lama, biasanya memiliki kalender mancing yang sudah teruji validitasnya. Dari kalender mancing itulah mereka tahu kapan harus pergi memancing dan kapan harus berhenti dulu dari aktivitas mancing. Berikut adalah penjelasan kalender mancing 2025 yang dihimpun dari berbagai sumber.

Diketahui, kalender mancing merupakan panduan yang menyediakan informasi terkait pasang surut air laut, fase bulan dan jadwal aktivitas ikan di dalamnya.
Aktivitas ikan cenderung meningkat saat pasang naik, ketika volume air bertambah dan mendorong ikan untuk mencari makan. Sebaliknya, pada saat pasang surut, meskipun aktivitas ikan menurun, pemancing dapat menjangkau area yang lebih dalam.
Sepanjang Mei 2025 ini, ativitas ikan laut diperkirakan mencapai puncaknya pada tanggal:
- 25 Mei 2025
- 26 Mei 2025
- 27 Mei 2025
Pada hari-hari ini, pergerakan ikan dinilai paling aktif, memberikan peluang terbaik untuk hasil tangkapan maksimal.

Hari Aktivitas Cukup Tinggi
- 9 Mei 2025
- 10 sampai 14 Mei 2025
- 23-24 Mei 2025
- 28-29  Mei 2025

Hari Aktivitas Sedang:
- 1-2 Mei 2025
- 6-8Mei 2025
- 15-17 Mei 2025
- 21-22 Mei 2025
- 30-31 Mei 2025

Hari Aktivitas Rendah
- 3-5ei 2025
- 18-20 Mei 2025

Keberhasilan memancing sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, seperti fase bulan, kondisi pasang surut air laut, serta tingkat aktivitas ikan yang berkaitan erat dengan perubahan alam tersebut.
Pada bulan Mei 2025, fase bulan berlangsung pada tanggal-tanggal berikut: 4 Mei (Kuartal Pertama), 12 Mei (Bulan Purnama), 20 Mei (Kuartal Ketiga), dan 28 Mei (Bulan Baru). Fase Bulan Purnama dan Kuartal biasanya memicu peningkatan aktivitas ikan, menjadikannya waktu yang sangat baik untuk memancing. (*)

Berita Lainnya

19 Okt 2025

Penulis : Folber Siallagan

Ilmuwan Dunia Cemas akan Ancaman Perubahan Arus Laut Raksasa Antartika

Para ilmuwan kelautan internasional sedang was-was dengan kondisi arus laut raksasa terbesar di dunia yang mengelilingi benua Antartika atau biasa disebut Arus Sirkumpolar / Lingkar Antarktika (Antarctic Circumpolar Current/ACC). ACC ini berada di Samudra Selatan yang mengelilingi benua Antarktika. Arus laut raksasa tak terlihat yang terus bergerak tanpa henti ini terletak di antara Atlantik, Hindia, dan Pasifik bagian selatan, membentuk cincin besar air dingin yang memutari Antarktika.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications, zaman dahulu sekitar 130.000 tahun lalu, ACC  pernah bergeser sekitar 600 km ke selatan dan mengalir tiga kali lebih cepat. Akibatnya terjadi kenaikan permukaan laut global hingga 9 meter. Pergeseran itu dipicu oleh perubahan orbit dan kemiringan Bumi (Siklus Milankovitch) yang memperkuat angin baratan dan menarik arus laut ke kutub.

Yang dikhawatirkan para ilmuwan adalah, fenomena serupa bisa terjadi lagi akibat pemanasan global akibat aktivitas manusia. Di mana hal itu dapat mempercepat pencairan es Antartika dan mengancam wilayah pesisir termasuk Indonesia.

ACC menggerakkan massa air lebih dari seratus kali lipat gabungan semua sungai di Bumi. Ia menjaga sirkulasi panas antara samudra-samudra besar, menyeimbangkan suhu global, dan menjadi komponen utama sistem iklim planet. Tanpa arus ini, distribusi panas dari daerah tropis ke kutub akan terganggu, memicu cuaca ekstrem di seluruh dunia.

Para ilmuwan dengan menggunakan kapal penelitian modern, JOIDES Resolution, mencoba menembus perairan terpencil di bagian tenggara Samudra Pasifik untuk mengebor sedimen laut dalam.

Misi para ilmuwan tersebut adalah merekam jejak perubahan Arus ACC selama 5,3 juta tahun.
Selama ribuan tahun, ilmuwan menganggap ACC sebagai sistem yang stabil dan konstan. Namun penelitian baru ini menunjukkan bahwa arus ini tidak selalu setenang yang dikira. Data dari dasar laut memperlihatkan bahwa ACC pernah bergeser besar-besaran di masa lalu, memperkuat alirannya hingga beberapa kali lipat dan mengubah posisinya secara drastis. Temuan ini menjadi peringatan penting bagi masa depan. Saat pemanasan global akibat aktivitas manusia terus meningkat, perilaku ACC kembali menjadi perhatian utama.

Jika pola perubahan yang terjadi 130.000 tahun lalu terulang, dampaknya dapat meluas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia yang rentan terhadap kenaikan permukaan laut.

Tim internasional dari International Ocean Discovery Program (IODP) juga melakukan ekspedisi di Laut Scotia, di antara ujung selatan Amerika Selatan dan Semenanjung Antarktika, jalur utama ACC. Dengan kapal bor canggih, mereka mengambil inti sedimen dari kedalaman hingga 4.000 meter di bawah permukaan laut. Setiap meter inti mewakili ribuan tahun sejarah Bumi.

Kunci penelitian ini adalah analisis ukuran partikel sedimen. Ketika arus kuat, partikel halus tersapu menjauh dan hanya butiran besar yang mengendap. Saat arus melemah, partikel kecil ikut turun membentuk lapisan tipis. Dengan meneliti pola ukuran butiran pada setiap lapisan, ilmuwan dapat merekonstruksi kekuatan arus laut di masa lalu. (*)

17 Okt 2025

Penulis : Folber Siallagan

Biopac, Teknologi Olahan Rumput Laut Jadi Kemasan Ramah Lingkungan Hidup

Sampah plastik masih menjadi salah satu masalah serius bagi kelestarian lingkungan. Plastik yang sangat sulit terurai di dalam tanah, sangat mengotori bumi dan mengancam kelestarian lingkungan hidup. Namun, bagi Dr Noryawati Mulyono, permasalahan klasik ini justru menjadi sumber ide pe ciptaan biopac, kemasan atau wadah pengganti plastik yang ramah lingkungan karena merupakan hasil olahan rumput laut.

Terdapat berbagai produk biopac hasil kreasi Noryawati, seperti sachet, pouch, kantong belanja, kantong teh celup, lembaran hingga gelas ramah lingkungan.
"Masih banyak masyarakat yang menggunakan plastik sekali pakai dan dapat berdampak tak hanya pada lingkungan tetapi juga kesehatan. Sebab, nanoplastik dan mikroplastik dapat terbawa melalui makanan dan minuman ke dalam tubuh manusia," ujarnya.

Ia telah melakukan riset sejak tahun 2010 tentang bioplastic dan menjadi fondasi pengembangan Biopac. Menurutnya, dengan memanfaatkan rumput laut dapat mendukung petani lokal.

"Ini juga menjadi peluang bagi petani lokal dan mendorong optimalisasi sumber daya alam Indonesia. Jadi, tidak hanya sekadar ramah lingkungan tetapi juga memiliki dampak sosial di masyarakat," lanjutnya.

Seiring perkembangannya, Biopac berhasil merambah pasar internasional dan mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi, seperti Inventor Award, Ocean Innovation Prize 2021, ASEAN Smart Cities Partnership 2022, dan The SUP Challenge 2022. Prestasi ini menunjukkan bahwa inovasi kemasan ramah lingkungan dari Indonesia mampu bersaing di kancah global.

Hingga saat ini, Biopac telah dipasarkan ke 26 negara. Kapasitas produksi dan volume penjualan pada tahun 2024 meningkat signifikan sebesar 40 kali lipat dibandingkan saat pertama kali launching produk pada awal 2020. Pencapaian tersebut tak lepas dari dukungan tenaga produksi dan tim marketing yang mencapai 25 pekerja.

"Dari sisi kapasitas produksi dan volume penjualan Biopac meningkat 40 kali lipat. Namun, dari sisi omzet secara nominal tidak melonjak drastis. Peningkatannya tidak sampai 5 kali lipat karena kita sudah menurunkan harga jual jauh sekali," 
Dengan harga jual yang rendah, Nuryawati mengklaim bahwa produk Biopac paling murah di dunia. 

Produk Biopac dapat dibeli melalui Instagram @biopac.id atau dapat mengunjungi Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 di Hall 7 ICE, BSD booth Kota Tangerang yang masih berlangsung hingga 19 Oktober 2025. (*)

16 Okt 2025

Penulis : Folber Siallagan

Air Laut Memanas, Waspada Bencana di Darat

Suhu udara yang sangat panas sedang melanda sebagian besar wilayah Indonesia. Akibat suhu panas ini, permukaan air laut di perairan Indonesia ikut memanas. Imbasnya, ancaman bencana banjir dan tanah longsor mencintai Indonesia. Loh, apa hubungannya suhu air laut dengan bencana banjir dan longsor di daratan? Simak penjelasan berikut.

Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, suhu muka air yang hangat akan membuat penguapan menjadi lebih cepat. Akselerasi siklus hidrologi ini membuat awan-awan yang terbentuk semakin masif dan semakin cepat.

Tak hanya itu, permukaan air yang hangat akan menyebabkan kesenjangan suhu dengan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

"Jadi perbedaan suhu muka air laut antara dua samudera dengan kepulauan Indonesia, maka terjadilah aliran massa udara basah dari Samudera Hindia ke Indonesia," katanya.

Massa udara basah ini dari kedua samudera ini, kata Dwikorita, akan semakin menguatkan proses pembentukan awan-awan di wilayah Indonesia.

Ketika wilayah perairan Indonesia semakin hangat, proses pembentukan awan juga semakin masif yang lambat laun akan  berubah menjadi hujan yang cukup intens.

Pada pekan ini, BMKG memperkirakan peningkatan intensitas hujan di sejumlah wilayah. Sebagian besar wilayah diperkirakan akan mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
Kondisi ini dipicu oleh interaksi antara fenomena atmosfer global, regional, dan faktor lokal yang mendukung meningkatnya labilitas atmosfer, sehingga kondisi udara menjadi lebih kondusif untuk pertumbuhan awan konvektif penyebab hujan.

"Berdasarkan pertimbangan kondisi dinamika atmosfer terkini, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem, berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, serta gelombang laut tinggi di beberapa wilayah Indonesia," kata Dwikora.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, intensitas hujan yang tinggi sering menyebabkan ben ana banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah Indonesia. (*)