Berita

12 Sep 2023

Penulis : Folber Siallagan

Kapal Kargo Ramah Lingkungan Bertenaga Angin (2) 

Kapal kargo raksasa lainnya yang memanfaatkan tenaga angin adalah kapal Pyxis Ocean yang dimiliki oleh Mitsubishi dan disewa oleh Cargill, salah satu perusahaan di bidang pertanian dan pengangkutan. Kapal ini melakukan perjalanan perdana memakai tenaga angin dari Singapura menuju Pelabuhan Paraguana Brasil. 

Sebuah inovasi revolusioner di bidang pelayaran kapal kargo diluncurkan oleh WindWings yang bekerjasama dengan kapal kargo Pyxis Ocean. WingWings mengklaim temuan mereka adalah sebuah penggabungan harmonis antara kemajuan pelayaran modern dengan kekuatan tradisional tenaga angin. Teknologi "WindWings" dipasang di kapal Pyxis Ocean. 
WindWings adalah sayap logam raksasa yang dipasang di atas kapal kargo dan dirancang untuk penggeral kapal melintasi lautan. Aerofoil fiberglass setinggi 123 kaki di atas dek dipasang di kapal-kapal ini, menciptakan layar angin yang efisien dan kuat.
Teknologi ini memiliki tujuan ganda: mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi karbon sekaligus meningkatkan efisiensi operasional kapal. Dalam pengujian awal, WindWings telah berhasil menghemat hingga 30 persen bahan bakar. Hal ini tentu saja sebuah pencapaian yang luar biasa dalam kaitannya dengan gerakan global mengatasi isu lingkungan dan mengurangi pencemaran akibat pembakaran BBM. Ini merupakan langkah revolusioner dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengadopsi solusi berkelanjutan yang ramah lingkungan. 
Dalam pengujian, kapal curah seperti Pyxis Ocean juga telah menunjukkan kemampuan untuk mencapai kecepatan lebih dari lima setengah knot hanya dengan tenaga angin.
Pelayaran perdananya dimulai dari Singapura dan menuju pelabuhan Paranagua di Brasil, yang akan menjadi ujian penting bagi keandalan teknologi WindWings dalam menghadapi perjalanan jarak jauh. Pyxis Ocean berhasil menyelesaikan perjalanan ini dengan sukses sehingga bisa membuka pintu bagi ratusan kapal lainnya untuk dilengkapi dengan teknologi serupa. 
"Ini adalah langkah nyata penghematan bahan bakar dan karbon yang signifikan," kata Jan Dieleman, presiden bisnis transportasi laut Cargill. 
Penggunaan tenaga angin sebagai "bahan bakar marjinal" dapat membantu mengurangi emisi CO2 secara substansial dan meningkatkan efisiensi operasional kapal. John Cooper dari BAR juga menegaskan bahwa inovasi seperti WindWings harus menjadi fokus utama jika industri pengiriman internasional ingin mencapai ambisinya dalam mengurangi dampak lingkungan.

Dengan kombinasi antara teknologi pelayaran modern dan tenaga angin tradisional, kapal kargo bertenaga angin ini membawa harapan akan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi industri pelayaran global. (*)

Berita Lainnya

21 Sep 2023

Penulis : Folber Siallagan

Fitoplankton Serbu Laut Thailand, Sektor Perikanan dan Pariwisata Terancam

Pemerintah, pelaku pariwisata dan khususnya para nelayan di Thailand sedang dilanda kekhawatiran. Ini karena adanya pertumbuhan fitoplankton besar-besaran di pesisir pantai Timur negara gajah putih tersebut. Jika dibiarkan, perkembangan organisme kecil itu akan membahayakan ekosistem di laut tersebut. 

Fenomena tersebut menjadi kabar kurang baik karena mengancam mata pencaharian nelayan lokal yang membudidayakan kerang di perairan tersebut.
Menurut hasil penelitian ilmuwan setempat, beberapa daerah di Teluk Thailand memiliki jumlah plankton 10 kali lebih banyak dari jumlah normal, sehingga mengubah air menjadi hijau terang dan membunuh kehidupan laut.
“Ini sangat buruk dan sangat parah,” kata ilmuwan kelautan Thailand, Tanuspong Pokavanich.
Pertumbuhan plankton terjadi satu atau dua kali setahun dan biasanya berlangsung dua hingga tiga hari. 
Mereka dapat menghasilkan racun yang membahayakan lingkungan atau membunuh kehidupan laut dengan menghabiskan oksigen di dalam air dan menghalangi sinar matahari.
Meskipun penyebab melimpahnya plankton masih belum jelas, para ilmuwan yakin polusi dan panas ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim adalah penyebabnya.
Fenomena umum di bumi menurut stelit NASA, lebih dari separuh lautan di bumi berwarna hijau akibat perubahan iklim yang mengganggu ekosistem laut. Perubahan aneh pada warna lautan telah memicu diadakannya penyelidikan mendalam oleh para ilmuwan.
Data satelit menunjukkan bahwa selama 20 tahun terakhir, perubahan warna dari biru menjadi hijau terjadi di lebih dari 56% lautan dunia. Perubahan tersebut terutama terlihat di daerah tropis dekat khatulistiwa. Para peneliti mengatakan bahwa menghijaunya lautan kita menunjukkan efek perubahan iklim terhadap kehidupan di bawah air.
Menurit ilmuwan Tanuspong, fenomena ledakan fitoplankton ini akan menjadi lebih buruk jika manusia tidak menyesuaikan cara mengelola sumber daya, limbah air dan cara hidupnya. (*) 

20 Sep 2023

Penulis : Folber Siallagan

Lima Kapal Pengangkut Minyak Terbesar di Dunia

Kapal tanker merupakan satu-satunya alat transportasi minyak dan gas bumi serta turunnya yang paling efektif. Sebab kapala ini bisa memuat minyak dan gas bumi dengan volume yang sangat banyak. 

Berikut adalah daftar kapal tanker terbesar di dunia yang biasa dipakai untuk mengangkut minyak bumi dan gas bumi untuk didistribusikan ke seluruh dunia. 

1. Euronav Oceania
Ini merupakan kapal tanker terbesar di dunia yang dibangun oleh perusahaan kapal Korea Selatan, Daewoon Shipbuilding dan Marine Engineering, perusahaan pelayaran Hellespot.
Total biaya pembangunan kapal ini mencapai USD 90 juta pada 2003 lalu. Kapal tanker ini terdaftar di pelabuhan Antwerp dan dikelola oleh Euronav Ship Management.
Kapal ini memiliki double hull (lambung ganda) dan panjang 380 meter, lebar 68 meter dengan draft sekitar 24 meter. Selain itu juga memiliki kekuatan 50.220 tenaga kuda (house power), 37.450 kW pada 76 RPM.
Adapun tonase kotor (perhitungan volume semua ruang) kapal ini mencapai 234.000 ton dengan bobot mati 441.585 ton.
Kapal ini dapat berlayar dengan rata-rata kecepatan 16,8 knot saat terisi penuh. Untuk muatanya, kapal ini dapat membawa lebih dari tiga juta barel minyak.

2. Eagle Trader
Kapal ini LCC yang dioperasikan oleh MOL Tankship Management Asia dengan kapasitas lebih dari 200.000 DWT. Kapal ini dibangun oleh perusahaan Jepang, Mitsui Engineering and Shipbuilding. 
Untuk daya angkut, Eagle Trader mampu membawa minyak mentah hingga 160061 ton. Kapal ini memiliki panjang 339,5 meter dan lebar 60 meter dengan kecepatan maksimal hingga 17,7 knot.

3. VLCC-DHT Colt
Kapal khusus pengangkut minyak mentah ini dibangun oleh Daewoo Shipbuilding dan Marine Engineering Corporation LTD, Korea Selatan pada 2018.
VLCC DHT Colt memiliki bobot mati 318000 ton DWT dan lebar 60,4 meter. Kecepatan kapal dapat mencapai 7,7 knot dengan kecepatan maksimum hingga 11,2 knot.

4. Chevron Voyager Series
Ada tiga kapal tanker raksasa yang diluncurkan oleh Chevron Shipping Company. Yaitu Houston Voyager, Pascagoula Voyager dan San Ramon Voyage.
Daya tampungnya dapat mencapai sekitar dua juta barel minyak. Ketiga kapal induk tersebut dirancang dan dibangun pada 2019 oleh Daewoo Shipbuilding dan Marine Engineering Corporation perusahaan Yunani, Maran Tankers.
Kapasitas angkut maksimum mencapai 163214 ton dengan kecepatan rata-rata 12,3 knot dan maksimal bisa mencapai 16,5 knot.

5. Pertamina Gas Amaryllis
Kapal Very Large Gas Carrier (VLGC) Pertamina Gas Amaryllis merupakan kapal tanker terbesar di dunia milik Indonesia. Kapal ini resmi milik PT Pertamina International Shipping (PIS) per 1 Februari 2023.
Kapal ini memiliki kapasitas 90 ribu meter kubik atau menjadi kapal pengangkut gas dengan kapasitas muatan besar dengan sistem duel fuel pertama yang dimiliki Indonesia.
Kapal yang memiliki panjang hingga 229,99 meter ini memiliki tipe muatan LPG (Propane & Butane) dan Ammonia Cargo. Selain itu, kapal ini juga mengangkut Ammonia sebagai Chemical Transporter. (*)

18 Sep 2023

Penulis : Folber Siallagan

Pemerintah Korsel Perluas Uji coba Air Laut Radiasi Fukushima

Keputusan pemerintah Jepang membuang limbah air yang terkontaminasi radiasi nuklir membuat publik Korea Selatan panik. Pemerintah Korsel sampai harus memperluas dan memperkuat area uji coba darurat radiasi air laut dengan menambahkan lebih banyak titik uji coba di daerah pesisir. Hal ini untuk memastikan  air laut di sekitar mereka aman dari radiasi.

Diketahui, saat ini khawatiran masyarakat terkait pelepasan air terkontaminasi oleh Jepang dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke laut sangat tinggi. Pelepasan air radioaktif dilakukan Jepang karena pembangkit nuklir tersebut sudah tidak bisa berfungsi lagi sejak terkena gempa pada 2011 lalu.
Awalnya, pada Juli, Korsel memulai uji coba darurat radiasi dengan mengambil sampel dari  75 lokasi pesisir di timur, barat dan selatan. Selain itu, sampel juga diambil di perairan di lepas pantai pulau selatan Jeju.
Menurut Menteri Kelautan Korsel, Cho Seung-hwan, pihaknya akan terus menambah titik sampel untuk dilakukan ujicoba air laut. "Kami akan menambah lebih banyak lokasi, khususnya di Laut Timur, untuk lebih menjamin keamanan," kata Seung-hwan.
Setidaknya ada penambahan 33 titik lokasi uji coba air laut yang dikhawatirkan terkena radiasi nuklir Fukushima. Total akan ada 250 titik uji coba yang dilakukan pemerintah.
Dia menambahkan, semua sampel telah memenuhi standar keselamatan sejauh ini, dan tidak ada radiasi yang terdeteksi pada makanan laut dalam negeri atau produk laut impor, tambah menteri tersebut.
Pemerintah mengerahkan pejabat dan ahli dari berbagai lembaga, termasuk Korea Polar Research Institute, untuk melakukan uji coba secara ekstensif, dan hanya perlu beberapa hari untuk mendapatkan hasil analisisnya, menurut pejabat kementerian.
Korsel juga telah melakukan inspeksi secara intensif selama 100 hari dari Agustus terhadap penandaan negara asal produk makanan laut impor untuk meredakan kekhawatiran atas keselamatan masyarakat. (*)

17 Sep 2023

Penulis : Folber Siallagan

Kontroversi Rencana Norwegia Mengeruk Mineral dari Dasar Laut

Krisis bahan baku dan energi yang terbatas membuat negara-negara di Eropa mencari alternatif sumber alam baru. Ide yang muncul di pemerintahan negara Norwegia adalah menggali dasar laut yang kedalamannya lebih dari 3.000 meter. Dipercaya ada banyak bahan baku mineral yang sangat berharga dan langka. Bagaimana Norwegia bisa mewujudkan?

Sasaran eksploitasi yang disasar adalah area dasar laut seluas 280.000 km persegi di antara pulau Jan Mayen dan kepulauan Svalbard.
Rencana menambang dasar laut itu muncul setelah ada sebuah survei yang disponsori pemerintah menemukan sejumlah besar logam dan mineral, mulai dari tembaga hingga unsur tanah jarang atau mineral langka.
Mineral tersebut ditemukan dalam sulfida polimetalik, atau yang disebut "perokok hitam", di kedalaman sekitar 3.000 meter. Di sinilah air laut bersentuhan dengan magma yang muncul ke permukaan melalui retakan tektonik dan kemudian dibilas kembali membawa logam terlarut dan belerang.
Unsur tanah jarang, seperti skandium, juga ditemukan di kerak mangan yang tumbuh di batuan dasar dengan kecepatan satu sentimeter (0,4 inci) per juta tahun. Survei di Norwegia telah membuktikan endapan kerak dengan ketebalan hingga 40 sentimeter.
Memang belum ada teknologi yang tersedia secara komersial untuk memproduksi mineral dasar laut, meskipun beberapa mesin telah dibuat untuk menguji produksi di tempat lain di dunia.
Para peneliti di Norwegia menggunakan robot bawah laut dan mesin bor untuk mengumpulkan sampel mineral di dasar laut.
Hal lain yang menjadi alasan Norwegia ingin menambang mineral di dasar laut adalah bahwa di kedalaman lebih dari 1.000 meter (0,62 mil), tidak ada cahaya, suhu mendekati titik beku, dan tekanan air tinggi. Dipercaya tidak ada kehidupan di situ.
Jika pun ada kehidupan, menurut sebuah studi, jika dilakukan penambangan dampak yang ditimbulkan akan bersifat lokal, terbatas pada wilayah sebenarnya yang diekstraksi. Dampak terhadap perikanan juga akan minimal.
Perusahaan penambangan yang ditunjuk pemerintah mengatakan mereka berencana mengekstraksi mineral dari lubang hidrotermal yang tidak aktif, di mana keanekaragaman hayatinya kurang melimpah.
Namun, rencana tersebut mendapat tentangan besar-besaran dari sejumlah kelompok. Berapa ilmuwan misalnya, mengatakan mereka khawatir praktik tersebut dapat menghancurkan spesies tersebut bahkan sebelum mereka ditemukan.
Usulan pemerintah tersebut telah dikritik oleh beberapa kelompok lingkungan hidup, seperti World Wildlife Fund, dan juga oleh badan lingkungan hidup mereka sendiri, yang mengatakan kesenjangan pengetahuan tentang biologi laut dalam terlalu besar untuk memutuskan melakukan penambangan di area yang masih misterius bagi umat manusia.
Selain itu, negara tetangga mereka Denmark, juga menentang. Disebutkan, sebuah studi lingkungan hidup yang dilakukan Norwegia untuk pembukaan kawasan tersebut tidak cukup baik. Sementara Islandia mempertanyakan hak eksklusif Norwegia untuk mengeksplorasi mineral dasar laut di dekat kepulauan Arktik Svalbard. (*)